Sirroh 6

Bismilahirrahmanirrahim

Sholluu ‘alan Nabi!

☄☄☄☄☄☄☄☄

Hari 6
Mengapa Aku Harus Bertanya Kepada Ayahku?

Menerima apa yang disampaikan sepupuku kepadaku dan masuk Islam berarti menolak berhala yang disembah orang-orang Mekkah. Itu berarti aku akan menentang orang kebanyakan. Selain itu, ayahku Abu Thalib, menjadi orang terpandang di Mekkah setelah kakekku Abdul Muthalib, yang sebelumnya menjadi pemimpin, meninggal. Aku yakin para pendukung ayahku tidak akan senang mendengar berita aku masuk Islam. Untuk itu, aku ingin terlebih dulu bertanya kepada ayahku mengenai hal itu. Bisa jadi ia akan melarangku masuk Islam, bisa juga ia menyuruhku menunggu sebentar. Bagaimanapun, aku harus bertanya kepadanya.

Malam itu aku memikirkan semuanya hingga pagi. Aku gelisah. Berulang kali aku ingin menbicarakan masalah itu dengan ayahku, namun suatu suara dalam diriku melarangku. Akhirnya, aku memutuskan berjalan keluar. Langit cerah dan indah. Bintang berkerlap-kerlip, sejak petang tampak terang di cakrawala. Ketika itu menjelang fajar. Kota kami tengah menyongsong hari baru.

Aku berpikir tentang Allah, yang menciptakan segala sesuatu. Aku memikirkan apa yang diterima-Nya dari kita. Dengan kenyataan bahwa Dia memberi kami semua hal yang indah ini, bukankah sangat tidak menghargai Allah jika kami menyembah berhala?

Aku tahu berhala-berhala itu hanyalah potongan batu yang tidak bisa berbuat apa-apa. Lalu, mengapa orang-orang Mekkah menyembah mereka? Mengapa mereka tidak menghadapkan wajah kepada Allah? Mengapa mereka begitu tidak berterima kasih? Akhirnya, aku mengambil keputusan. Ketika pagi tiba, aku menemui sepupuku.

Sambil tersenyum beliau bertanya, "Ada apa, Ali? Apakah kau berbicara dengan ayahmu?"

Aku berkata, "Tidak. Tapi aku sudah memutuskan untuk menerima Islam. Aku akan menjadi Muslim. Aku sudah memutuskan untuk tidak bertanya kepada ayahku. Aku sudah menyadari satu kenyataan: mengapa aku harus meminta izin kepadanya ketika Allah telah menciptakanku tanpa meminta izin kepada ayahku?"

Ketika menjelaskan kepada sepupuku bahwa keputusan ini kuambil setelah memikirkannya hingga pagi, hatiku diliputi kebahagiaan. Mulai saat itu, Muhammad yang adalah saudara sepupuku bukan hanya menjadi nabi, tapi juga panutannya...



_InsyaaAllah berlanjut ke hari 7_

🌟✨✨✨✨✨✨🌟

Disalin dari buku :
*KISAH LUAR BIASA : 365 HARI BERSAMA SAHABAT-SAHABAT RASULULLAH SAW.*
Oleh :
Taha Kilinç & Seval Cevizci

💦💦💦🐪🐪🐪💦💦💦
Previous
Next Post »

Archive