Jika kata Mu’jizat dilekatkan
dengan kitab suci al-Qur’an, ia
bisa memiliki
dua konotasi. Pertama, lemahnya
manusia untuk merumuskan suatu ungkapan
atau kalimat yang dapat
menandingi ayat-ayat al-Qur’an,
baik secara
individual maupun secara kolektif.
Kedua, ia mempunyai sifat menantang
manusia dan jin untuk membuat semacam
al-Qur’an, sampai
munculnya kesadaran mereka untuk mengakui kelemahan diri sendiri ketika berhadapan dengan ayat-ayat al-Qur’an.
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa yang
dimaksud i’jazul Qur’an adalah
menetapkan kelemahan manusia dan jin
baik secara
individual maupun kolektif untuk mendatangkan semisal al-Qur’an.
Mu’jizat al-Qur’an
bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran pada
manusia bahwa al-Qur’an adalah wahyu
Allah
Swt. dan sekaligus merupakan bukti kerasulan Muhammad saw.
Dalam hal ini Imam
al-Suyuti, sebagaimana dikutip oleh Syahrin
Harahap, mengungkapkan bahwa :
“Adanya i’jaz al-Qur’an itu
ada kaitannya
dengan persepsi yang salah dari
pihak orang Arab terhadapnya. Sehingga al-Qur’an memberi jawaban terhadap
persepsi mereka yang keliru
itu, dengan
cara nenawarkan
agar mereka
menunjukkan kekuatan argumentasi dan kebenarannya.
Akan
tetapi orang Arab sama sekali tidak dapat membuktikan kebenaran mereka, sementara al-Qur’an
secara meyakinkan menunjukkan kebenarannya. Di sinilah letak
i’jaz (kemu’jizatan) al- Qur’an itu.”
Aspek-aspek Kemu’jizatan
Al-Qur’an
I’jaz al-Qur’an sesungguhnya terdapat dalam dirinya sendiri.
Tegasnya
kemu’jizatan al-Qur’an
ada dalam
kandungannya, bukan di luarnya. Jadi,
kitab suci ini tidak membutuhkan keterangan lain di luar
dirinya untuk membuktikan bahwa ia adalah Mu’jizat terbesar Nabi Muhammad saw.
Secara garis besar ada dua aspek kemu’jizatan al-Qur’an yaitu:
a. Gaya
Bahasa (Uslub)
Al-Qur’an
mempunyai gaya bahasa yang khas
yang tidak
dapat ditiru para sastrawan Arab sekalipun, karena susunan yang indah yang berlainan dengan setiap susunan dalam bahasa Arab. Mereka melihat al-Qur’an memakai bahasa
dan lafaz mereka, tetapi
ia bukan
puisi, prosa atau syair dan
mereka tidak mampu membuat seperti
itu (meniru
al-Qur’an). Mereka
tidak pernah mampu untuk menandinginya dan putus asa lalu merenungkannya, kemudian merasa kagum
dan menerimanya, lalu sebagian
masuk Islam. Contoh dalam sejarah
diterangkan bahwa Umar bin
Khattab ra. menyatakan diri masuk
Islam setelah mendengar ayat-ayat pertama surat
Thaha, dan masih banyak contoh lainnya. Inilah bukti
kemu’jizatan al-Qur’an dari segi bahasanya.
Uslub al-Qur’an
sangatlah indah. Keindahan uslub al-Qur’an
benar-benar telah membuat orang-orang
Arab
dan atau luar
Arab
kagum dan terpesona. Di dalam
al-Qur’an terkandung
nilai-nilai istimewa di mana tidak
akan terdapat
dalam ucapan manusia menyamai isi yang terkandung
di dalamnya.
Al-Qur’an
dalam uslubnya yang menakjubkan mempunyai beberapa keistimewaan-keistimewaan, di antaranya :
1)
Kelembutan
al-Qur’an secara
lafaz yang terdapat dalam susunan
suara dan keindahan bahasanya.
2)
Keserasian al-Qur’an baik untuk awam maupun kaum cendekiawan, dalam
arti bahwa semua orang dapat merasakan
keagungan dan keindahan al-Qur’an
3)
Sesuai dengan akal dan perasaan, di mana al-Qur’an memberikan doktrin
pada akal dan hati, serta merangkum
kebenaran dan keindahan sekaligus.
4)
Keindahan
dalam kalimat serta beraneka ragam
bentuknya, yaitu satu makna diungkapkan dalam beberapa lafaz dan susunan yang bermacam-macam yang
semuanya indah dan halus.
5)
Al-Qur’an mencakup
dan memenuhi persyaratan antara bentuk global (ijmal) dan bentuk yang terperinci
(tafsil).
6)
Dapat dimengerti sekaligus dengan melihat segi yang tersurat (yang
dikemukakan).
Di samping itu, hal
lain yang
dapat dicatat dari kemu’jizatan al-Qur’an dari
aspek bahasa adalah ketelitian,
kerapihan dan keseimbangan kata-kata yang digunakannya. Hal itu dapat dilihat pada bukti-bukti sebagai berikut:
1) Ketelitian dalam pengungkapan kata-kata
Suatu surat yang diawali
dengan huruf-huruf tertentu, di dalamnya
selalu terdapat bahwa huruf-huruf
itu, dalam
jumlah rata-rata, lebih banyak dan
berulang jika dibandingkan dengan huruf-huruf lainnya. Misalnya :
a) Dalam Surat Qaf, dapat ditemukan
Huruf Qaf (ق) berulang-ulang dalam jumlah rata-rata
lebih banyak dari jumlah huruf lainnya. Jumlah rata-
rata Huruf Qaf (ق) yang terbanyak di dalam surat Qaf itu ternyata juga
merupakan jumlah Huruf Qaf (ق) yang terbanyak pula dibandingkan
dengan jumlah Huruf Qaf (ق) yang terdapat di dalam surah-surah
lainnya dalam al-Qur’an.
b) Demikian pula
dengan Huruf Alif
(ا), lam (ل)
dan Mim
(م) yang mengawali
surah al-Baqarah.
Jumlah masing-masing
huruf tersebut
ternyata lebih banyak daripada huruf-huruf
yang lain. Hal ini dapat dilihat
sebagai berikut :
-
Huruf Alif ( ا ) berulang sebanyak
4.592 kali
-
Huruf Lam ( ل ) berulang sebanyak 3.204 kali
-
Huruf Mim (م)
berulang sebanyak 2.195 kali
c) Demikian halnya Huruf Alif (ا), Lam (ل) dan Mim (م) yang mengawali surah Ali ‘imron:
-
Huruf Alif ( ا ) berulang sebanyak
2.578 kali
-
Huruf Lam ( ل ) berulang sebanyak 1.885 kali
-
Huruf Mim ( م ) berulang sebanyak 1.251 kali
d) Demikian halnya Huruf Alif ( ا ), Lam ( ل ) dan Mim ( م ) yang mengawali surah al-‘Ankabut :
-
Huruf Alif ( ا ) berulang sebanyak 784 kali
-
Huruf Lam ( ل ) berulang
sebanyak 554 kali
-
Huruf Mim ( م ) berulang sebanyak 344 kali
Dan masih banyak bukti
lainnya dalam surah-surah yang lain
di dalam
al- Qur’an.
2) Keseimbangan penggunaan kata-kata
Dalam al-Qur’an terlihat pula keseimbangan kata-kata yang digunakan secara
simetris, misalnya :
a)
Kata الحياة berjumlah 145 kali, sama dengan kata الموت yang berjumlah 145 kali
b)
Kata الدنيا berjumlah
115 kali, sama dengan kata الأخرة yang berjumlah 115 kali
c)
Kata ملائكة berjumlah 88 kali, sama
dengan kata شيطان yang berjumlah
88 kali
d)
Kata نصائب berjumlah 75 kali, sama dengan kata شكور yang berjumlah 75 kali
e)
Kata زكاة berjumlah 32 kali, sama dengan kata بركة yang berjumlah
32 kali
3) Misteri angka 19
Pada sisi lain dapat dilihat
pula kerapihan
penyusunan kata-kata itu pada angka
19, yakni jumlah huruf yang terdapat pada kalimat basmalah.
Kalimat بسم الله الحمن الحيم terdiri dari 19 huruf dan setiap katanya terulang 19 kali dalam surah-surah
al-Qur’an, atau beberapa kali kelipatan angka 19, dengan penjelasan sebagai berikut:
a)
Kata بسم berulang 19 kali di dalam al-Qur’an
b)
b) Kata الله berulang 2698 kali, itu berarti = 19 x 142 c) Kata الحمن berulang 57 kali, itu berarti = 19 x 3
d)
Kata الحيم berulang 144 kali, itu berarti = 19 x 6
Di samping itu semua huruf terpisah
yang mengawali surah-surah (fawatihus-suwar) berulang dalam hasil
jumlah kali lipat angka 19.
Perhatikan contoh-con- toh berikut ini :
a)
Huruf Qaf ( ق) dalam Surah Qaf berulang 57 kali, berarti = 19 x 3
b)
Huruf Kaf ( ك), Ha’ ( ح), Ya’ ( ي), ‘Ain ( ع), dan Shad (ص)
yang mengawali surah Maryam, berulang sebanyak 789 kali, berarti = 19 x 42
c)
Huruf Nun ( ن)
dalam surah al-Qalam berulang sebanyak
133 kali,
berarti = 19 x 7
e)
Huruf Ya ( ي) dan Sin ( س ) yang mengawali surah yasin, dalam surah
tersebut berulang sebanyak 285 kali, berarti = 19 x 15, dan sebagainya.
Ini membuktikan
bahwa sedemikian rapi, teliti dan seimbangnya huruf dan kata yang digunakan dalam al-Qur’an.
b. Isi Kandungannya
Dilihat dari isi kandungannya,
kemu’jizatan al-Qur’an dapat
dilihat dari be- berapa hal, yaitu :
1) Al-Qur’an mengungkapkan berita-berita yang bersifat ghaib.
Hal-hal yang bersifat ghaib
yang diungkap
dalam al-Qur’an dapat
dipilah menjadi 2 (dua) yaitu :
Pertama, berita menyangkut
masa lalu. Sebagai contohnya: kisah Nabi Adam a.s.,
Nabi Nuh
a.s., Nabi Ibrahim a.s., dan
Nabi Ismail
as., Nabi
Musa a.s.,
dan kisah lain di masa lalu.
Salah satu contoh lainnya sebagaimana
diungkapkan dalam QS. Yunus [10]: 92
“Maka pada hari ini
Kami
selamatkan
jasadmu
agar
engkau dapat
menjadi pela- jaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami.”. (QS. Yunus [10] : 92)
Ayat
tersebut menceritakan tentang Fir’aun yang
diawetkan dengan cara dibalsem, sehingga utuh sampai sekarang. Hal itu bersifat ghaib, karena tidak
ada orang yang mengenalnya. Akan tetapi berita al-Qur’an itu ternyata terbukti kebenarannya kemudian.
Kedua, berita tentang peristiwa-peristiwa
yang akan
terjadi baik di dunia maupun di akhirat, misalnya:
“Alif Lam Mim.
Bangsa Romawi telah
dikalahkan, di
negeri
yang terdekat dan mereka setelah kekalahannya itu akan menang.” (QS. ar- Ar-Ruum [30]: 1-3)
Ayat
tersebut menceritakan tentang kemenangan
bangsa Romawi atas bangsa Persia. Padahal ketika ayat ini diturunkan, belum terjadi peperangan yang dimaksudkan ayat tersebut.
Akan
tetapi kebenaran berita itu terbukti sembilan tahun
kemudian.
Berita gaib menyangkut masa
yang akan
terjadi lainnya, misalnya berita tentang kemenangan umat Islam dalam perang Badar dijelaskan dalam QS.
Al-Qamar [54]: 45, peristiwa Fathu Makkah dijelaskan dalam QS. Al-Fath [48]: 27, dan
sebagainya.
2) I’jazul ‘ilmi, yakni kemu’jizatan ilmu pengetahuan.
Al-Qur’an
mengungkapkan isyarat-isyarat rumit terhadap ilmu
pengetahuan sebelum pengetahuan itu sendiri sanggup menemukannya.
Kemudian terbukti bahwa al-Qur’an
sama sekali
tidak bertentangan dengan penemuan-penemuan baru yang didasarkan pada penelitian ilmiah.
Hal ini seperti di Firmankan
Allah Swt.:
“Kami akan
memperlihatkan kepada mereka
tanda-tanda
(kebesaran) Kami di segenap penjuru
dan pada
diri mereka sendiri,
sehingga jelaslah bagi
mereka bahwa
al-Qur’an itu adalah benar.
Tidak cukupkah (bagi
kamu)
bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (QS. Fussilat [41]:53)
Banyak ayat al-Qur’an yang
mengungkapkan isyarat tentang ilmu pengetahuan,
seperti: terjadinya perkawinan dalam tiap-tiap
benda, perbedaan sidik jari manusia, berkurangnya oksigen di angkasa,
khasiat madu, asal kejadian alam
semesta, penyerbukan dengan angin, dan
masih banyak lagi isyarat-isyarat ilmu pengetahuan yang bersifat potensial,
yang kemudian
berkembang menjadi ilmu pengetahuan modern.
Salah satu isyarat ilmu pengetahuan tersebut adalah mengenai perbedaan sidik
jari manusia, Firman Allah:
“Apakah
manusia mengira bahwa
Kami
tidak akan mengumpulkan
(kembali) tulang belulangnya?
(Bahkan) Kami mampu
menyusun (kembali)
jari
jemarinya
dengan sempurna.” (QS. Al-Qiyamah [75] : 3-4)
3) Al-Qur’an
memberikan aturan
hukum atau
undang-undang yang bersifat
universal, mencakup segala urusan hidup dan kehidupan
manusia.
Secara lebih rinci, Said
Husin al-Munawar memberikan rumusan mengenai
aspek-aspek kemu’jizatan al-Qur’an sebagai berikut :
a) Susunan bahasa yang sangat indah, berbeda dengan setiap susunan bahasa yang
ada dalam bahasa orang-orang Arab.
b)
Adanya uslub yang luar biasa, berbeda dengan semua uslub-uslub bahasa Arab.
c)
Sifat agung yang tidak mungkin lagi seorang makhluk untuk mendatangkan
hal yang seperti al-Qur’an.
d)
Bentuk undang-undang yang detail dan sempurna yang melebihi setiap
undang-undang buatan manusia.
e)
Mengabarkan hal-hal ghaib yang tidak bisa diketahui
kecuali dengan wahyu.
f)
Tidak bertentangan dengan pengetahuan-pengetahuan umum yang
dipastikan kebenarannya.
g)
Menepati janji dan ancaman yang telah dikabarkan di dalamnya
h) Memenuhi segala kebutuhan
manusia.
i) Berpengaruh kepada
hati pengikut
dan musuh
(orang yang
menentangnya).
ConversionConversion EmoticonEmoticon