AGAR TIDAK SERUMAH DENGAN SYAITAN

Oleh:
Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA.

Semua orang ingin memiliki rumah yang tentram dan nyaman.

Sayangnya, dalam usaha mewujudkan keinginan ini, kebanyakan orang baru sekedar melakukan hal-hal yang bersifat duniawi.

Yakni dengan mendirikan bangunan yang megah dan melengkapinya dengan berbagai fasilitas penunjang. Selama tidak berlebihan, sebenarnya itu boleh saja.

Namun yang memprihatinkan, mereka lupa bahwa inti kenyamanan dan ketentraman rumah sebenarnya justru bersumber dari ketenangan hati penghuninya. Yang itu akan dicapai manakala mereka rajin beribadah dan memanfaatkan tempat tinggalnya untuk hal-hal yang diridhai Allâh Azza wa Jalla.

Apa saja yang perlu kita lakukan di rumah kita, supaya tempat tinggal kita nyaman dan damai? Juga agar rumah kita tidak menjadi tempat favorit para syaitan ?

Diantara yang perlu kita perhatikan adalah:
 Pertama: Mengucapkan salam sebelum masuk rumah [1]

 عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “ثَلَاثَةٌ كُلُّهُمْ ضَامِنٌ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ؛ “…وَرَجُلٌ دَخَلَ بَيْتَهُ بِسَلَامٍ…”.

Dari Abu Umamah al-Bahili Radhiyallahu anhu, dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tiga orang yang dijaga oleh Allâh Subhanahu wa Ta’ala; (Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan yang ketiga adalah) … orang yang memasuki rumahnya dengan mengucapkan salam…”. [HR. Abu Dawud dan sanadnya dinilai sahih oleh al-Hâkim. Imam an-Nawawi rahimahullah menyatakan hadits ini hasan.[2]

Salam ini tetap kita ucapkan, baik di dalam rumah ada orang maupun tidak.[3] Sebab Allâh Azza wa Jalla berfirman:

فَإِذَا دَخَلْتُمْ بُيُوتًا فَسَلِّمُوا عَلَىٰ أَنْفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُبَارَكَةً طَيِّبَةً

Apabila kalian memasuki rumah-rumah hendaklah kalian memberi salam kepada dirimu sendiri, dengan salam yang penuh berkah dan baik dari sisi Allâh. [An-Nûr/24:61]

Menurut Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, jika di rumah tidak ada orang, maka redaksi salamnya adalah :

السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ

Salam sejahtera atas kami dan para hamba Allâh yang shalih[4]

Kedua: Mengucapkan basmalah saat masuk rumah.
Diantara yang perlu kita lakukan agar syaitan tidak menjadikan rumah kita menjadi tempat tinggalnya adalah mengucapkan basmalah saat memasuki rumah.

Rasûlullâh bersabda :

إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ: لَا مَبِيتَ لَكُمْ وَلَا عَشَاءَ، وَإِذَا دَخَلَ فَلَمْ يَذْكُرْ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ: “أَدْرَكْتُمْ الْمَبِيتَ” وَإِذَا لَمْ يَذْكُرْ اللَّهَ عِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ: أَدْرَكْتُمْ الْمَبِيتَ وَالْعَشَاءَ

Apabila seseorang memasuki rumahnya dan berdzikir kepada Allâh (dengan membaca basmalah) tatkala masuk dan makan, syaitan akan berkata (kepada kawan-kawannya-red), “Kalian tidak mendapatkan tempat menginap dan makan malam (di rumah ini)". Dan jika ia masuk namun tidak membaca basmalah, syaitan akan berkata (kepada kawan-kawannya-red), “Kalian mendapatkan tempat menginap”, dan jika ia tidak membaca basmalah sebelum makan niscaya syaitan akan berkata, “Kalian mendapatkan tempat menginap dan makan malam”. [HR. Muslim, XIII/190 no. 5230 dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu anhu]

Ketiga: Mengucapkan basmalah saat menutup pintu dan perkakas rumah
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِذَا كَانَ جُنْحُ اللَّيْلِ أَوْ أَمْسَيْتُمْ فَكُفُّوا صِبْيَانَكُمْ فَإِنَّ الشَّيَاطِينَ تَنْتَشِرُ حِينَئِذٍ، فَإِذَا ذَهَبَ سَاعَةٌ مِنْ اللَّيْلِ فَحُلُّوهُمْ، فَأَغْلِقُوا الْأَبْوَابَ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا، وَأَوْكُوا قِرَبَكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ، وَخَمِّرُوا آنِيَتَكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ وَلَوْ أَنْ تَعْرُضُوا عَلَيْهَا شَيْئًا، وَأَطْفِئُوا مَصَابِيحَكُمْ

Jika hari mulai gelap tahanlah anak-anak kalian (agar tidak keluar rumah) karena saat itu syaitan berkeliaran. Jika telah lewat sebagian malam biarkanlah mereka. Tutuplah pintu-pintu dan ucapkanlah basmalah, karena sesungguhnya syaitan tidak akan bisa membuka pintu yang tertutup. Tutuplah teko kalian dan ucapkanlah basmalah. Tutupilah bejana kalian walaupun dengan meletakkan sesuatu di atasnya dan bacalah basmalah.
Matikanlah lampu kalian. [HR. Al-Bukhâri, no. 3280 dan Muslim, XIII/185, no. 5218 dari Jabir bin Abdullah dengan redaksi Imam Muslim]

Diantara yang harus kita lakukan jika kita menginginkan rumah-rumah kita damai dan tentram adalah memakmurkan rumah dengan ibadah dan membaca al-Qur’an. Ini yang keempat.
Syaitan tidak akan mendekati rumah yang dibacakan di dalamnya al-Qur’an. Kalaupun sudah berada di dalamnya maka ia akan lari terbirit-birit keluar darinya.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan :

إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ كِتَابًا قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ بِأَلْفَيْ عَامٍ، أَنْزَلَ مِنْهُ آيَتَيْنِ خَتَمَ بِهِمَا سُورَةَ الْبَقَرَةِ، وَلَا يُقْرَأَانِ فِي دَارٍ ثَلَاثَ لَيَالٍ فَيَقْرَبُهَا شَيْطَانٌ

Sesungguhnya Allâh telah menulis kitab dua ribu tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi. Dia turunkan darinya dua ayat yang dijadikan sebagai penutup surat al-Baqarah. Tidaklah dibaca di suatu rumah selama tiga malam melainkan syaitan tidak akan mendekatinya”. [HR. At-Tirmidzi dari an-Nu’man bin Basyîr Radhiyallahu anhu dan dinyatakan shahih oleh al-Hâkim rahimahullah dan Syaikh al-Albani rahimahullah]

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ! إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنْ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ

Janganlah kalian jadikan rumah kalian (seperti) kuburan.
Sesungguhnya setan lari dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat al-Baqarah. [HR. Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu]

Hadits ini memotivasi kita untuk memperbanyak ibadah di rumah, terutama shalat yang hukumnya sunnah dan membaca al-Qur’an; supaya rumah kita tidak mirip kuburan atau jasad yang mati.[5]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan:

اجْعَلُوا فِي بُيُوتِكُمْ مِنْ صَلَاتِكُمْ، وَلَا تَتَّخِذُوهَا قُبُورًا

Lakukanlah sebagian shalat kalian di rumah kalian. Jangan jadikan rumah kalian kuburan. [HR. Al-Bukhâri dari Ibn Umar Radhiyallahu anhuma]

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :

خَيْرُ صَلاَةِ الْمَرْءِ فِي بَيْتِهِ إِلاَّ الْمَكْتُوْبَةَ

Sebaik-baik shalat seseorang adalah yang dilakukan di rumahnya kecuali shalat wajib. [HR. Ibnu Khuzaimah dari Zaid bin Tsâbit Radhiyallahu anhu]

Adapun rumah yang dipenuhi dengan suara dangdutan, gendingan atau yang semisal maka akan menjadi tempat favorit syaitan; sebab suara tersebut adalah seruling mereka. Sebagaimana ditegaskan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salla.

نَهَيْتُ عَنْ صَوْتَيْنِ أَحْمَقَيْنِ فَاجِرَيْنِ، صَوْتٍ عِنْدَ نَغْمَةِ لَهْوٍ وَلَعْبٍ وَمَزَامِيْرِ الشَّيْطَانِ، وَصَوْتٍ عِنْدَ مُصِيْبَةٍ لَطْمِ وُجُوْهٍ وَشَقِّ جُيُوْبٍ”.

Aku melarang dua suara dungu dan keji. (Pertama) Suara senandung sia-sia dan permainan serta seruling syaitan. (Kedua) Suara saat musibah berupa memukuli wajah dan merobek-robek baju”. [HR. Al-Hâkim dari Abdurrahman bin ‘Auf Radhiyallahu anhu dan dinyatakan hasan oleh at-Tirmidzi dan al-Albani)

FAIDAH PENTING :
Hadits larangan menjadikan rumah seperti kuburan menunjukkan bahwa kuburan bukanlah tempat yang dianjurkan untuk memperbanyak ibadah di dalamnya, kecuali yang ada dalilnya.

Sebagaimana dijelaskan para Ulama, antara lain :
Ibn Batthal (w. 449 H)[6], al-Baghawi (w. 510 H )[7], Ibn Rajab (w. 795 H)[8] dan Ibn Hajar al-‘Asqalani (w. 852 H)[9].

Inilah beberapa hal yang harus dilakukan oleh siapa saja yang menginginkan rumahnya aman, damai dan tentram.

Semoga Allâh Azza wa Jalla menjadikan rumah-rumah kaum Muslimin aman, damai dan tentram.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XIX/1437H/2016M.]

_______
Footnote
[1] Cermati: Al-Adzkâr karya an-Nawawi (hlm. 373-374).
[2] Lihat: Ibid (hlm. 50).
[3] Periksa: Ahkâm al-Qur’ân karya Ibn al-‘Arabi (III/321-322), Tafsîr al-Qurthubi (XV/354-355), al-Adzkâr (hlm. 49) dan Tafsîr as-Sa’dy (hlm. 524).
[4] Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhâri dalam al-Adab al-Mufrad (II/592, no. 1055) dan sanadnya dinilai hasan oleh Ibnu Hajar dalam Fath al-Bâri (XI/26)
[5] Lihat: Tuhfah al-Ahwadzi karya al-Mubârakfûri (II/531)
[6] Baca: Syarh Shahih al-Bukhary (II/86).
[7] Cermati: Syarh as-Sunnah (II/411).
[8] Periksa: Fath al-Bary karya beliau (III/232).
[9] Lihat: Fath al-Bary karya beliau (I/528) cet al-Maktabah as-Salafiyyah.

.

Previous
Next Post »