Kalimat= Al-Kalam = اَلْكَلاَمُ

 

Kalimat= Al-Kalam
  اَلْكَلاَمُ 
  
Kalimat  Al-Kalam(اَلْكَلاَمُadalah susunan kata yang tersusun dari dua kata atau lebih yang dapat memberikan faedah yang sempurna yaitu bila diucapkan orang yang mendengar dapat mengerti.

Contoh: a
عَلِيٌّ مَِرْيضٌ ~ 'Aliyyun mariydhun = 'Ali sakit, tersusun dari dua kata;
عَلِيٌّ ~ 'Aliyyun = 'Ali
مَِرْيضٌ ~ mariidhun = sakit
Susunan kata dalam 
عَلِيٌّ مَِرْيضٌ~ 'Aliyyun mariidhun = 'Ali sakit,  bila diucapkan orang yang mendengar dapat mengerti.


Contoh: b
رَجَعَ عَلِيٌّ ~ Raja'a 'Aliyyun = 'Ali  telah pulang/kembali, juga tersusun dari dua kata,  bila diucapkan pendengar dapat mengerti dengan kata lain memberikan faedah yang sempurna.

Susunan kata diatas disebut dengan Kalimat= Al-Kalam =  اَلْكَلاَمُ dan disebut juga dengan Al-Jumlah Al-Mufidah ~ الجُمْلَةُ المُفِيْدَةُ   .

Apabila ada susunan kata yang tidak memberikan faedah yang sempurna (walau terdiri lebih dari  tiga kata), susunan kata ini tidak dinamakan sebagai
Kalimat= Al-Kalam =  اَلْكَلاَمُ atau Jumlah Mufidah.

Contoh:

إِنْ رَجَعَ عَلِيٌّ ~ In raja'a 'Aliyyun = Jika Ali telah pulang, tersusun dari tiga kata ; إِنْ ~In=jika; رَجَعَ ~raja'a= telah pulang; dan عَلِيٌّ ~ 'Aliyyun='Ali.
Susunan kata dalam إِنْ رَجَعَ عَلِيٌّ ~ In raja'a 'Aliyyun = jika Ali telah pulang yang mendengar masih menunggu jawaban, ...."Jika Ali telah pulang....terus ngapain?  Ini menunjukkan bahwasanya susunan tersebut tidak sempurna atau tidak memberikan faedah yang sempurna, tidak  dikatakan Kalimat= Al-Kalam =  اَلْكَلاَمُ atau  Jumlah Mufidah.
  
Untuk menyempurnakan menjadi Jumlah Mufidah,  misalnya  kita  tambahkan kata فَأَكْرِمْهُ~fa-akrimhu =maka muliakanlah,  kalimatnya menjadi:
إِنْ رَجَعَ عَلِيٌّ فَأَكْرِمْهُ~ In raja'a 'Aliyyun fa-akrimhu = jika 'Ali telah pulang  maka muliakanlah ia. Susunan kata  ini, bila diucapkan orang yang mendengar dapat mengerti, susunan ini baru menjadi susunan yang sempurna dan memberikan faedah yang sempurna yang dinamakan "Kalimat= Al-Kalam =  اَلْكَلاَمُ disebut juga dengan Jumlah Mufidah".

Untuk selanjutnya Jumlah Mufidah kita sebut dengan Al-Jumlah  atau Kalimat= Al-Kalam =  اَلْكَلاَمُ 






Al-Jumlah dibagi dua:

1. Jumlah Ismiyah
2. Jumlah Fi’liyah

Keterangan:

1. Jumlah Ismiyah: adalah jumlah yang diawali dengan Isim
Contoh: a
عَلِيٌّ  مَِرْيضٌ ~ 'Aliyyun mariydhun = 'Ali sakit
Susunan ini diawali dengan عَلِيٌّ~ 'Aliyyun, Isim, tandanya adalah dhommahtain.
 

Bila kita menemukan suatu kata dan kata tersebut di tanwin, baik itu dhommahtain(baris depan), fathahtain(baris atas) atau kasrohtain(baris bawah), maka kata tersebut adalah Isim.

Sehingga susunan عَلِيٌّ  مَِرْيضٌ ~ 'Aliyyun mariydhun merupakan susunan Jumlah Ismiyah.

contoh: b
مُحَمَّدٌ نَبِيٌّ ~ Muhammadun nabiyyun = Muhammad  seorang nabi.
Jumlah atau Kalimat ini diawali dengan 
مُحَمَّدٌ ~ Muhammadun, Isim, tandanya adalah dhommahtain.


Bila kita menemukan suatu kata dan kata tersebut di tanwin, baik itu dhommahtain(baris depan), fathahtain(baris atas) atau kasrohtain(baris bawah), maka kata tersebut adalah Isim
.


Sehingga Jumlah atau Kalimat  مُحَمَّدٌ نَبِيٌّ ~ Muhammadun nabiyyun merupakan susunan Jumlah Ismiyah.

Bila Al-Jumlah(Kalimat) diawali dengan Isim maka Al-Jumlah tersebut adalah  Jumlah Ismiyah.

2. Jumlah Fi’liyah:  adalah jumlah yang diawali dengan Fi’il.

Contoh: a
 ذَهَبَ زَيْدٌ ~ dzahaba Zaidun = Zaid telah pergi.
Jumlah atau Kalimat ini diawali dengan
 
ذَهَبَ ~ dzahaba= pergi.

 
Menentukan kata
 ذَهَبَ ~ dzahaba
 = pergi
. 

Cara Pertama : 
Untuk Fi’i l, seringkali ciri-cirinya tidak disebutkan. Cara praktis untuk mengetahuinya adalah dengan menghafal ciri -ciri Isim  dan menghafal macam-macam Huruf.  Apabila tidak termasuk Isim maupun Huruf berarti dia termasuk Fi’il.
ذَهَبَ ~ dzahaba tidak termasuk Isim maupun Huruf berarti dia termasuk Fi’il.
 

Cara Kedua: 
Kata yang menunjukkan atas suatu makna, dimana kata tersebut terikat dengan waktu dinamakan dengan Fi'il.
Kata
 ذَهَبَ ~ dzahaba
 = pergi
  terikat dengan waktu maka kata tersebut adalah Fi'il.
 
Maka Jumlah atau Kalimat ذَهَبَ زَيْدٌ ~ dzahaba Zaidun  adalah  merupakan susunan Jumlah Fi'liyah.

Contoh: b

رَجَعَ عَلِيٌّ ~ Raja'a 'Aliyyun = 'Ali telah pulang/kembali.
Jumlah atau kalimat ini  diawali  dengan 
رَجَعَ ~ raja'a  =pulang/kembali.

  
Menentukan kata  رَجَعَ ~ raja'a  =pulang/kembali.
 

Cara Pertama: 
Untuk Fi’i l, seringkali ciri-cirinya tidak disebutkan. Cara praktis untuk mengetahuinya adalah dengan menghafal ciri -ciri Isim  dan menghafal macam-macam Huruf.  Apabila tidak termasuk Isim maupun Huruf berarti dia termasuk Fi’il.
 رَجَعَ ~ raja'a  tidak termasuk Isim maupun Huruf berarti dia termasuk Fi’il. 

Cara Kedua: 
Kata yang menunjukkan atas suatu makna, dimana kata tersebut terikat dengan waktu dinamakan dengan Fi'il.
Kata  رَجَعَ ~ raja'a  =pulang/kembali terikat dengan waktu maka kata tersebut adalah Fi'il.
 
Maka Jumlah atau Kalimat رَجَعَ عَلِيٌّ ~ Raja'a 'Aliyyun  adalah  merupakan susunan Jumlah Fi'liyah.

Bila Al-Jumlah(Kalimat =Kalam) diawali dengan  Fi'il maka Al-Jumlah tersebut adalah  Jumlah Fi'liyah.

Sumber: http://badaronline.com/dasar/bahasa-arab-dasar-8-jumlah-mufidah.html
Previous
Next Post »

Archive