Puisi Karya Santri


ALLAHUMMAGHFIRLI

OLEH : EVI RATNA SUTANTRI

Dalam relung kalbuku
Jauh didasar sanubariku
Aku menangis dalam sesal seorang diri
Memberontak pada takdir ilahi
Jauh dipadang mata menerawang
Kulihat mutiara bersinar dengan cemerlangnya
Jelmaan seorang wanita dengan wajah mulia
Berjalan beriring-iringan dengan senyum berwibawa
Ibu….
Ternyata tuhan tak mengizinkanku
Membasuh telapak kakimu
Aku dibutakan oleh revolusi zaman
Kau telah pergi ketika belum sempat kuucap
Kata maaf untukmu
Ibu….
Namun kuberharap
Allahumaghfirli yang kuselipkan dalam sembahyangku
 Mampu menembus langit ketujuh
Hingga sang Khalik membukakan pintu surga untukmu


PELITA HATIKU
KARYA : MARYAM NURUL AFIFAH

dalam pertapaan
keheningan memijak
menyusuri tapak hati yang penuh onak
berkeping jarak sauh terlempar

disemua malam
aku selalu terjaga olehmu
kau dekapi diriku
dari ketakutan yang menerkam

airmata tertumpah di pangkuanmu
mengingat waktu yang melelahkan
untuk kau lalui sepanjang tahun

sembilan bulan aku dalam kandunganmu
sesak mengintip udara nyata
kita saling merasa
merangkum frase kerinduan

ada rahasia yang tersembunyi
dibalik wajah sendu
raut usiamu yang semakin renta
masih merangkul masa kecil

tubuhku yang penuh debu
kau basuh dengan air kehangatan
mengusap wajahku yang usang
menyeka hidungku dengan balutan kasihmu

Tuhan telah menanggalkan tentang kita
dari hubungan darah yang takkan terpisah

ibulah itu mutiara dihatiku
cindera permata semahal apapun,
tak akan mampu menggantikan tempatmu
dan tak kan sanggup membalas kasihmu
yang tiada pernah bisa terhitung

ZAHRATUL JANNAH
OLEH: MARYAM NURUL AFIFAH

Terkukus lunglai daku dipelataran sendu
Menerawang angin dibawah selubung keredupan
Bersembunyi dibalik simbol rumit
Luruh dalam isakan.....
Ringkih menggelepar diri
Rontal-rontal khilaf tak urung bergelut
Dan kristal bening mengalir dari telaga mataku
Tumpah basahi sajadah
Teronggak lemah ku tengadahkan muka
Beristirah dari getir kehidupan
Alpa pada perbudakan nista
Dan qolbu yang robek dalam perjalanan
Rabb, tuntun daku menjadi zahratul jannah
Yang merebakkan wewangi firdausi
Melanglang dunia dengan harum kasturi
Mampukah daku menjadi zahratul jannah
Mengukir catatan indah dalam kemenangan

IBUNDA
OLEH: AZMI ABIDATUN

sejuk gemercik di padang gersang
basah terasa aliri pipi yang kering
hangat sentuhannya damai terasa
menyertai langkah kita di sepanjang hayatnya

kasih sayangnya sehangat mentari pagi
belaian tangannya selembut angin sutera
senyum manisnya hiburkan hati nan duka
pandang matanya tajamkan hati nan suci
dia adalah wanita yang paling berharga
sejak kita lahir ke dunia dan
melangkah ke alam fana
tiada bandingan budinya dalam hidup ini
yang melahirkan,menyusui,dan membesarkan kita
pertaruhkan jiwa dan raga demi kita semua
dialah......ibunda.....
yang selalu mendoakan kita
dalam keadaan lapang suka maupun duka
tutur katanya adalah harapan dan doa
nasihat yang berguna sepanjang masa
keridhoan adalah ridho ilahi
kemurkaanya adalah murka ilahi

DIBALIK KABUT TAWA I
OLEH : MUHAMMAD ABI SETIAWAN

Tubuhku terlalu lemah untuk bertengger di dahan dunia
Mataku terlalu sensitif untuk melawan kilau dunia
Telingaku terlalu rapuh untuk menampung pekik dunia
Mungkin bisa dibilang gila ! Tetapi terserah saja
Aku ciptakan sendiri alam baru dalam diriku
Lalu aku hijrah kesana (di balik kabut tawa)
Aku nikmati segala yang ada di sini
Kegundahanku, kegelisahanku, semua menjadi indah dan tak sia-sia
Segalanya menjadi energi penunjang kehidupanku

Di alam baruku
Aku temukan hal-hal yang bisa dibilang ada-ada saja
Dari keprihatinan yang aku rasa hingga
Kemanjaan yang tiap hari tersadar
Terkadang air mataku meleleh
Terkadang juga tawaku meluap
Semuanya ada di dalam sadarku
Dan semua aku rasakan nyata
Aku hanya sendiri di sini
Tak ada orang lain kecuali yang aku izinkan di sini
Hanya aku dan kabut putih semu
So, tak ada yang mengganggu
Namun aku sadar
Di alam baruku ini bukanlah aku yang berkuasa
Yang berkuasa adalah Allah Sang Khalik
Yang Maha Besar, Yang Maha Agung dan aku tak bisa membatasi keberadaan-Nya
Semua fasilitas dan ornamen sudah diatur sedemikian indah
Dan aku,
Hanya menjalankan dan menikmati saja
Dan aku tak perlu protes sebab semua ini adalah
“yang terbaik”

DIBALIK KABUT TAWA II
OLEH : MUHAMMAD ABI SETIAWAN

Aku tau bila pandangan mu teduh
Sorot matamu bening
Aku juga tau kalau senyum mu manis
Tawa mu mempesona

Terus kalau aku tahu emang kenapa ?
Aku naksir kamu...?
Aku sayang kamu...?
Atau... aku cinta kamu...?

Nggak ngefek kalie...
Aku naksir pun ndak mesti kamu terima
Aku sayang pun ndak mesti kamu suka
Dan apabila aku cinta yang pasti cintaku tak sempurna

Orang kayak aku jatuh cinta
Ha... ha... ha...
Tikus aja ketawa apalagi manusia

DIBALIK KABUT TAWA III
OLEH : MUHAMMAD ABI SETIAWAN

Ramai sekali, sangat ramai
Banyak anak-anak imut tanpa dosa
Anehnya aku melihat diriku di cermin
Jelas sekali bahwa cowok hitam dalam cermin itu aku
Di kerumunan anak-anak tanpa dosa
Dua insan saling berpandang, bersua mesra dan sangat mesra
Kaya senyum penuh tawa
Damai dan bahagia
Dua insan itu...?
Aku dan kamu...
Kenapa bisa begitu ?
Aku tak percaya
Aku merasa bingung di antara riang bahagia
Bingung... bingung... bingung...
           
Terjawab sudah setelah aku terjaga
“Oh, hanya mimpi... pantas saja”
Tahu itu mimpi aku percaya saja
Tapi andai aku berangan itu fakta dan nyata
Kemungkinan aku gila... 
Mimpi..!

DIBALIK KABUT TAWA IV
OLEH : MUHAMMAD ABI SETIAWAN


Sebelum ashar...
Aku bergumam
“Pasti akan ada yang lebih baik
Sebagai pengganti cintamu yang lebih baik
Sebagai pengganti yang kau harapkan
Ingatlah... !!!
Bahwa Allah lebih tahu apa yang kamu butuhkan
Dan Allah berikan
Selalu yang terbaik”

Ba’da ashar...
Aku masih melamun
Sedikit-sedikit menangis, sedikit-sedikit tersenyum, bengong dan murung
Pita-pita rekaman saat itu
Utuh bersih dan masih apik